Disbudpar Batam- Permainan gasing bukan hal yang asing bagi orang Indonesia. Permainan tradisional ini cukup populer di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Di Kota Batam, gasing juga sedemikian dikenal. Pada kegiatan Pawai Budaya Hari Jadi Batam (HJB) Ke-194 tahun, gasing menjadi atraksi untuk memeriahkan acara tahunan ini.
Atraksi gasing ini berlangsung di Halaman Museum Batam Raja Ali Haji. Rumah Batik Paklong Kota Batam, Sugeng Widikdo mengatakan pelaku IKM Kota Batam ikut memeriahkan HJB ke-194 tahun.
“Gasing adalah permainan tradisional, jadi kita kumpulkan teman-teman untuk berkegiatan diHari Jadi Batam tahun ini. Bermain gasing dan membatik,” katanya, Sabtu (16/12/2023).
Sugeng menyiapkan fasilitas dan mengajarkan anak-anak dan orang dewasa yang ingin belajar bermain gasing dan membatik. Secara khusus, budaya Melayu juga mengenal permainan gasing sebagai salah satu permainan tradisional. Gasing di sini terbuat dari bahan kayu dan dikendalikan dengan seutas tali yang disimpul.
“Muda-mudahan kedepannya anak muda tumbuh makin kreatif dan gasing ini bisa dijadikan permainan atraktif,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata menyampaikan, gasing telah dikenal di kancah nasional dan internasional. Untuk Provinsi Kepri, hampir seluruh kota dan kabupaten memainkan gasing.
Ia menyebut, Kota Batam mempunyai Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Di dalamnya ada 10 unsur yang tercantum, di antaranya olahraga tradisional, sastra lisan, ritus, dan sebagainya. Ardi, panggilan akrabnya, menyebut gasing sangat populer di Kota Batam. Gasing dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Ardi berharap permainan gasing tetap ada dan dapat memperkuat kebudayaan Melayu agar dikenal oleh masyarakat, khususnya generasi muda. “Kita upayakan untuk selalu menghadirkan atraksi gasing,” ucapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Disbudpar Kota Batam, Muhammad Zen menjelaskan, untuk Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun, cara memainkan gasing, yakni uri atau memutar gasing dengan tidak menggunakan alas, dan langsung di tanah. Kemudian, setelah uri gasing yang berhenti duluan, gasing tersebut akan dipangkah oleh gasing lainnya.
Menurut Zen, gasing merupakan permainan tradisional orang Melayu sejak dahulu kala. Gasing terbuat dari kayu stigi yang tumbuh di batu. Kayu ini bertekstur keras dan cocok untuk dibuat gasing. Namun, kayu ini susah didapat. Kemudian, kayu asam juga biasa digunakan untuk membuat gasing karena mudah didapat.
“Kayu lebam juga bisa, biasanya digunakan untuk membuat gasing anak-anak, karena dahulu setiap mau main gasing, baru dibuat dulu gasingnya,” terangnya.
Cara membuatnya, kayu dikikis menjadi bentuk gasing. Untuk talinya, pada zaman dulu berasal dari kulit pohon bebaru yang tumbuh di pantai, namun sekarang tali gasing bisa digunakan dengan tali nilon. Panjang tali sekitar satu meter.
Permainanan gasing terus berkembang hingga sekarang. Gasing dibentuk bulat dan memiliki tiga bagian penting, yakni kepala, badan, kemudian ujung bawah gasing. Di bagian bawah, dibuat lekukan yang berfungsi untuk tali gasing.
“Gasing memiliki beberapa bentuk, ada gasing jantung bentuknya seperti jantung pisang, gasing piring seperti bentuk piring, dan gasing berembang, gasing berukuran kecil,” jelasnya.
Untuk keseimbangannya, gasing diberikan paksi atau besi yang diletakkan di bagian bawah gasing untuk keseimbangan. Sehingga, ketika diputar di atas lantai atau tanah, gasing akan seimbang.