Museum Batam Jadi Destinasi Edukasi, Budaya dan Wisata Favorit di Kota Batam

Disbudpar Batam- Kegiatan belajar mengajar tak hanya di dalam kelas, tapi juga mulai banyak diadakan di luar kelas. Salah satunya, kegiatan wisata edukasi yang bersifat atraktif sekaligus mengahadirkan pengalaman langsung. Mengunjungi museum jadi satu di antaranya. Selain belajar budaya, di museum para pelajar juga dapat mengenal alur sejarah dan jejak suatu masa.

Pagi itu, Museum Batam Raja Ali Haji menjadi tujuan belajar luar kelas bagi siswa-siswi SD Negeri 001 Sungai Beduk dan SD Negeri 012 Nongsa. Sebanyak 70 siswa dari SD Negeri 001 Sungai Beduk dan 80 siswa dari SD Negeri 012 Nongsa berbaris di depan pintu masuk museum. Guru pendamping siswa mengatur barisan sehingga tertib.

“Ayo anak-anak baris yang rapi, yang mau minum dan makan silahkan, nanti di dalam museum tak boleh makan dan minum” kata guru pendamping.

Rombongan siswa itu dibagi menjadi tiga kelompok. Di museum, ada tour guide atau pembimbing tur yang disiapkan oleh pengelola. Mereka adalah Raja Zulkarnain, Rafiadi, dan Raja Zainudin, yang mengajak para siswa berkeliling museum dan menjelaskan setiap koleksi benda-benda yang dipajang.

Koleksi pertama yang dijelaskan yakni foto yang menceritakan peresmian Museum Batam Raja Ali Haji, peresmian itu ditandai dengan pembukaan tirai yang menutupi sketsa wajah Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa, oleh Wali Kota Batam, Muhammad Rudi.

Guru Kelas 5 SD 001 Sungai Beduk, Anita Yusnita mengatakan kunjungan siswa ke Museum Batam Raja Ali Haji merupakan program karya wisata. Tujuannya untuk mempelajari budaya Melayu dan sejarah perkembangan Kota Batam.

“Kita mengenalkan siswa siswi seni budaya Melayu, karena para murid ini heterogen tidak semua Melayu. Jadi kita ajarkan di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kepala SDN 001 Sei Beduk, Bapak Raja Muhammad Sabri, sangat mendukung kegiatan ini,” katanya.

Ia mengucapkan terima kasih atas sambutan dari pengelolah Museum Batam Raja Ali Haji. Ia berencana akan mengajak murid kelas lainnya untuk mengunjungi museum. “Jumlah murid kami 700 nanti gantian ke sini (Museum Batam Raja Ali Haji),” ucapnya.

Menurutnya Museum Batam Raja Ali Haji sangat bagus, mengakses informasi koleksi Museum Baram Raja Ali Haji lebih mudah yakni melalui telepon seluler setelah memindai kide QR atau kode batang. “Luar biasa, informasi bisa scan barcode, kerenlah beruntung kita punya museum ini,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Guru Kelas 1 SD Negeri 012 Nongsa, Nuhayati menyebutkan ada 80 siswa yang mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi projek Kurikulum Merdeka.

“Kegiatan ini untuk menambah wawasan anak. Museum menjadi tempat sejarah yang perlu dikenal siswa, agar mereka tahu asal usul, adat istiadat, Kota Batam,” katanya.

Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani mengatakan Batam merupakan kota pariwisata, wisata sejarah menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Batam memiliki sejarah panjang yang patut dilestarikan. Sejarah peradaban Batam Batam dimulai sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.

“Museum bersifat universal, selain sejarah Melayu yang digambarkan ada cerita sejarah lainnya yang ada di museum seperti cerita Belanda dan Jepang. Catatan sejarah disajikan melalui foto lengkap dan narasinya. Selain itu terdapat koleksi museum seperti, perahu jong, batik Batam, tanjak, alat musik Melayu, dan sebagainya,” katanya.

Museum sebagai tempat destinasi wisata juga sebagai edukasi bagi siswa di Kota Batam. Selain menerima kunjungan siswa, Museum juga melakukan jemput bola dengan program Museum Goes To School untuk mengenalkan kepada siswa sejak dini.

“Kami akan terus berupaya menambah benda-benda koleksi sehingga akan terajut utuh sejarah Kota Batam. Ke depan, akan dirancang museum yang nyaman, merangkul anak muda Batam dan Kepri. Museum Batam Raja Ali Haji akan menjadi tempat favorit anak muda,” ucapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan Museum Batam Raja Ali Haji hadir sebagai terobosan untuk mendongkrak pariwisata Kota Batam. Museum Batam Raja Ali Haji meraih sertifikat tipe B dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sertifikat ini penanda bahwa Museum Batam Raja Ali Haji telah memenuhi standar kelayakan menjadi destinasi wisata sejarah Kota Batam.

“Wisata sejarah bisa membawa wisatawan bernostalgia ke masa lampau. Koleksi Museum Batam Raja Ali Haji mengenalkan bahwa Batam bukanlah kota yang diciptakan. Cikal bakal Batam sudah ada sejal era Kerajaan Riau Lingga,” kata Ardi.

Selain untuk warga Batam dan Kepri, pengenalan museum juga menyasar turis asing seperti Singapura dan Malaysia. Sebab Singapura dan Malaysia bisa dikatakan memiliki ikatan sejarah yang erat dengan Batam. Tantangan ke depan, bagaimana menambah benda-benda koleksi museum. Saat ini, tim dari Disbudpar Kota Batam juga terus mencari benda-benda bersejarah untuk dijadikan koleksi museum.

“Sangat diperlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat maupun komunitas yang mengetahui atau menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah di bumi Melayu Batam dan Kepri, untuk berkenan menyumbangkannya ke museum. Sehingga benda-benda peninggalan tersebut bisa dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi bahan edukasi bagi generasi muda kita nanti,” terangnya.

Beberapa waktu lalu, Wali Kota Batam, Muhammad Rudi mengatakan Museum Batam Raja Ali Haji merupakan upaya untuk menelusuri jejak Batam dari masa kerajaan Riau Lingga hingga kini. Tentunya Kota Batam telah mengalami berbagai fase perkembangan sejarah dan saat ini kita sebagai pelakunya.

“Kehadiran museum menjadi wadah untuk mengumpulkan jejak-jejak sejarah. Jejak saat Nong Isa mendapatkan mandat dari Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah dari Kesultanan Lingga jejak Batam menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tuturnya.

Ada juga jejak Bacharuddin Jusuf Habibie yang menancapkan pondasi Batam sebagai kota industri, perdagangan, dan alih kapal. Dan kini Batam memasuki fase pembangunan infrastruktur menuju kota modern.

“Layaknya menyusun puzzle, maka potongan-potongan sejarah akan terangkai utuh dan bermakna. Oleh karena itu, marilah kita bahu membahu untuk berperan aktif dalam merangkai sejarah Batam melalui Museum Batam Raja Ali Haji. Selain untuk destinasi wisata, benda-benda koleksi akan bisa dinikmati anak cucu-cucu kita kedepannya tidak akan kehilangan jati diri. Anak cucu kita menjadi generasi yang maju, berbudaya, dan beradab,” pungkasnya.

DD