KKB Istri Pegawai BNI Berkunjung Ke Museum Batam Raja Ali Haji

KKB Istri Pegawai BNI Berkunjung Ke Museum Batam Raja Ali Haji

Disbudpar Batam- 123 anggota Kerukunan Keluarga Besar (KKB) Istri Pegawai BNI se Indonesia berkunjung ke Museum Batam Raja Ali, bertempat di Dataran Engku Putri Batam Center, Rabu (15/2/2022). Kunjungan ini dalam rangka merayakan Ulang Tahun KKB Istri Pegawai BNI ke-23 tahun. Alunan musik dari grup band Batam, Malaykustik, turut mengiringi penyambutan wisatawan domestik tersebut.

Rombongan wisatawan tersebut ikut menari dan menikmati alunan musik Melayu. Raja Zulkarnain sebagai Museum Tour Guide menjelaskan tentang koleksi Museum Batam Raja Ali Haji mulai dari masa Kerajaan Riau Lingga hingga masa infrastruktur sekarang.

Pengurus KKB Istri Pegawai BNI, Astuti mengatakan dipilihnya Museum Batam Raja Ali Haji karena lokasinya sangat strategis tepat berada di pusat Kota Batam. Tak hanya itu, Museum Batam Raja Ali Haji salah satu wisata yang menarik dikunjungi wisatawan. Selain itu, sebagai tempat edukasi masyarakat khususnya generasi muda.

“Kunjungan ke museum ini untuk menambah pengetahuan baru, kita baru tahu semua perkembangan Kota Batam dari masa ke masa. Museum Batam wajib dikunjungi bagi tamu yang hadir di Batam,” ucapnya.

Selain mengunjungi museum, rombongannya melihat destinasi wisata Kota Batam lainnya, seperti Jembatan Barelang, menikmati kuliner khas Batam, dan makan malam salah satu resort di Nongsa.

“Pastinya kami excited saat mengunjungi Batam karena Batam terkenal dengan tempat shopping harganya murah dan pantainya yang indah,” ucapnya.

Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani mengatakan Batam merupakan kota pariwisata, wisata sejarah menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Batam memiliki sejarah panjang yang patut dilestarikan. Sejarah peradaban Batam Batam dimulai sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.

“Museum bersifat universal, selain sejarah Melayu yang digambarkan ada cerita sejarah lainnya yang ada di museum seperti cerita Belanda dan Jepang. Catatan sejarah disajikan melalui foto lengkap dan narasinya. Selain itu terdapat koleksi museum seperti, perahu jong, batik Batam, tanjak, alat musik Melayu, dan sebagainya,” katanya.

Museum sebagai tempat destinasi wisata juga sebagai edukasi bagi siswa di Kota Batam. Selain menerima kunjungan siswa, Museum juga melakukan jemput bola dengan program Museum Goes To School untuk mengenalkan kepada siswa sejak dini.

“Kami akan terus berupaya menambah benda-benda koleksi sehingga akan terajut utuh sejarah Kota Batam. Ke depan, akan dirancang museum yang nyaman, merangkul anak muda Batam dan Kepri. Museum Batam Raja Ali Haji akan menjadi tempat favorit anak muda,” ucapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan Museum Batam Raja Ali Haji hadir sebagai terobosan untuk mendongkrak pariwisata Kota Batam. Museum Batam Raja Ali Haji meraih sertifikat tipe B dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sertifikat ini penanda bahwa Museum Batam Raja Ali Haji telah memenuhi standar kelayakan menjadi destinasi wisata sejarah Kota Batam.

“Wisata sejarah bisa membawa wisatawan bernostalgia ke masa lampau. Koleksi Museum Batam Raja Ali Haji mengenalkan bahwa Batam bukanlah kota yang diciptakan. Cikal bakal Batam sudah ada sejal era Kerajaan Riau Lingga,” kata Ardi.

Selain untuk warga Batam dan Kepri, pengenalan museum juga menyasar turis asing seperti Singapura dan Malaysia. Sebab Singapura dan Malaysia bisa dikatakan memiliki ikatan sejarah yang erat dengan Batam. Tantangan ke depan, bagaimana menambah benda-benda koleksi museum. Saat ini, tim dari Disbudpar Kota Batam juga terus mencari benda-benda bersejarah untuk dijadikan koleksi museum.

“Sangat diperlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat maupun komunitas yang mengetahui atau menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah di bumi Melayu Batam dan Kepri, untuk berkenan menyumbangkannya ke museum. Sehingga benda-benda peninggalan tersebut bisa dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi bahan edukasi bagi generasi muda kita nanti,” terangnya.