Museum Batam Raja Ali Haji Jadi Rujukan Pembangunan Museum di Belitung Timur

Disbudpar Batam- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam didampingi Kepala Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani menerima kunjungan dari Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar, bertempat di Museum Batam Raja Ali Haji, Batam Center, Kamis (13/1/2022). Kunjungan ini dalam rangka menjadikan Museum Batam Raja Ali Haji sebagai rujukan pembangunan museum di Kabupaten Belitung Timur.

Ardi menjelaskan, sebelum menjadi museum, bangunan museum ini merupakan bekas gedung astaka MTQ XXV tingkat nasional, yang disumbangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri kepada Pemerintah Kota (Pemko) Batam. Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, resmi membuka Museum Batam Raja Ali Haji bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Batam (HJB) ke-191 tahun, Jumat (18/12/2020) lalu. Soft opening itu ditandai dengan pembukaan tirai yang menutupi sketsa wajah Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa.

“Ini adalah sketsa Nong Isa. Raja Isa ini adalah orang yang diberi mandat oleh Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah dari Kesultanan Lingga, agar memerintah pada kawasan Nongsa dan wilayah sekitarnya pada 18 Desember 1829,” katanya sambil memperlihatkan sketsa wajah Nong Isa.

Ardi juga menceritakan awal berdirinya Museum Batam Raja Ali Haji ini berdasarkan kajian, wisatawan ingin mengetahui tentang sejarah Kota Batam.
Kemudian awal 2019 menyelesaikan dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) dan persiapan operasional museum.

“Maret 2019 PPKD selesai sudah, berikut penyelesaian SK Penetapan PPKD Kota Batam oleh Walikota Batam. Tahap selanjutnya adalah bagaimana mewujudkan operasional museum Batam,” katanya.

Ia menyampaikan, Bulan Mei 2019 Tim Disbudpar berangkat ke Jakarta membawa dokumen PPKD yang sudah tersusun dan pengajuan pendirian museum Batam. Waktu itu, sepakat memberi nama Museum Batam.
Langkah awal yang dimudahkan, bertemu dengan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Banyak masukan dan perbaikan dokumen pendirian museum yang harus dilengkapi.

Kembali dari Jakarta dokumen pendirian museum dilengkapi sesuai yang diarahkan. Tanggal 31 Juli 2019 surat permohonan pendirian museum kami kirimkan ke Direktur PCBM. Sebulan kemudian mendapat surat balasan dari kementerian bahwa museum Batam sudah terdaftar secara nasional dengan nomor registrasi 211.71.U.05.200
Ini berarti museum Batam sudah resmi masuk dalam daftar museum di Indonesia.

Oktober 2019 setelah melalui rapat bersama LAM Kota Batam kami mengajukan nama museum Batam kepada Walikota Batam dengan 3 alternatif nama tokoh sejarah yaitu Raja Ali Kelana, Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji. Akhirnya tgl 10 Oktober 2019 Walikota Batam memilih nama Raja Ali Haji sebagai nama museum batam.

“Alhamdulillah setelah diresmikan, Museum Batam Raja Ali Haji meraih sertifikat tipe B dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sertifikat ini diteken oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Judi Wahjudin,” terangnya.

Sebelum mendapat sertifikat, Museum Batam Raja Ali Haji mengikuti standardisasi dan sosialisasi pedoman standardisasi museum. Sertifikat ini menandakan Museum Batam Raja Ali Haji memenuhi standar kelayakan menjadi destinasi wisata sejarah di Kota Batam.

“Kini kita sudah punya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) berdasarkan hasil asesmen Ahli Cagar Budaya bahwa tujuh orang yang diutus dinyatakan kompeten atau lulus sebagai Ahli Cagar Budaya Pratama Kota Batam,” ucapnya.

Ardi terus mengenalkan Museum Batam Raja Ali Haji kepada masyarakat Kota Batam khususnya dan Kepri umumnya. Saat ini dari Disbudpar Kota Batam terus mencari benda bersejarah untuk dijadikan koleksi museum, sehingga terawat dan dikenal oleh generasi muda.

“Sampai sekarang museum selalu menerima kunjungan tak hanya masyarakat Batam, juga dari wisatawan
domestik,” ujarnya.

Sebagai informasi, Museum Raja Ali Haji sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 475 museum lainnya di Indonesia. Isi dari museum ini menampilkan sejarah peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.

Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar mengucapkan terima kasih atas sambutan yang diberikan oleh Disbudpar Kota Batam. Kedatangannya bersama rombongan dalam rangka ingin mempelajari awal mula berdirinya Museum Batam Raja Ali Haji.

“Kami datang ke Museum Batam Raja Ali Haji ini dalam rangka studi tour karena kami akan membuat museum. Untuk membuat museum ini kami belum ada pengalaman sama sekali sehingga kami akan nanti akan meniru apa yang kami lihat,” katanya.

Pada kunjungan ini sangat berkesan karena semua koleksi Museum Batam Raja Ali Haji yang ada sudah dijelaskan. “Kami sudah mendapat rohnya Insya Allah dasarnya akan kami ambil dari museum ini (Museum Batam Raja Ali Haji),” ungkapnya.

Kepala Disbudpar Kabupaten Belitung Timur, Evi Nardi, mengatakan, pembangunan museum di Kabupaten Belitung Timur merupakan visi misi dari Bupati dan Wakil Bupati. Menurutnya, antara Batam dan Belitung Timur mempunyai kemiripan yakni rumpun Melayu.

“Banyak kemiripan makanya kami meniru karena banyak kesamaan. Kami punya koleksi kapal barang muatan tenggelam. Di Belitung Timur pun banyak artefak-artefak termasuk juga banyak peninggalan sejarah seperti meriam kami punya, termasuk dari dua kerajaan yakni kerajaan Balok dan Buding,” pungkasnya.