Meriam Belakang Padang Koleksi Terbaru Museum Batam Raja Ali Haji

Disbudpar Batam- Pemerintah Kota (Pemko) Batam melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam terus berupaya melengkapi koleksi Museum Batam Raja Ali Haji. Koleksi terbaru adalah meriam yang didatangkan dari Kecamatan Belakang Padang.

Camat Belakang Padang, Yudi Admaji mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarah dan pahlawan. Meriam ini adalah saksi bisu perjuangan melawan penjajah.

Menurut sejarah, meriam ini di bawa dari Pulau Buluh ke Belakang Padang sebagai Ibu kota Kecamatan Batam pada dekade 80an dimasa Camat Mustafa Saleh dan diletakkan di Kantor Camat lama. Pada tahun 1992 Kantor Camat Belakang Padang dibangun.

“Baru pindah ke Sekanak Raya saat kepemimpinan Camat Bapak Said Hasyim meriam ini dipindahkan ke Pulau Sekanak. Sejak itu saat itu meriam bersejarah ini kokoh mengapit tiang Bendera Merah Putih Kantor Kecamatan Belakang Padang,” katanya.

“Ini menjadi catatan sejarah bahwa Belakang Padang mempunyai peran penting dalam sejarah pembangunan kota Batam,” katanya.

Sebelum diserahkan, Yudi mengajak masyarakat Belakang Padang mengelar doa selamat memohon kelancaran selama perjalanan menuju Museum Batam Raja Ali Haji.

“Pukul 10.00 WIB diberangkatkan dari Pelabuhan Belakang dan tiba di Pelabuhan Sekupang pukul 11.00, dan langsung disambut oleh Kepala Disbudpar Kota Batam, Pak Ardiwinata, dan langsung di bawa menuju Museum Batam Raja Ali Haji, di Dataran Engku Putri,” terangnya.

Selama 40 tahun berada di Belakang Padang meriam tetap terjaga dengan baik. Adanya Museum membuatnya termotivasi mencari benda sejarah lainnya di Belakang Padang. Sehingga makin banyak masyarakat Kota Batam mengetahui tentang sejarah Belakang Padang.

“Memotivasi kami untuk menggali dari orang tua kami disini, seperti kantor camat pertama dulu kami akan telusuri,” ucapnya.

Perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yudistira mengatakan, meriam ini salah satu aset sejarah di Kota Batam dan Indonesia. Diletakkan di museum salah satu langkah menjaga aset tersebut.

“Musuem pusat pemajuan kebudayaan dan didalamnya tersebar Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), saya berharap mesuem mengkaji sejarah komprehensif sehingga bisa diceritakan ke anak cucu,” pintanya.

Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Belakang Padang yang telah menghibahkan meriam bukti perjuangan pahlawan melawan penjajah Belanda dahulu. Meriam tersebut langsung diletakkan di tata pamer, tepatnya di Khazanah Masa Belanda.

“Kita terus berupaya mengisi Museum Batam Raja Ali Haji. Kita bersyukur dihari ketujuh setelah diresmikan kita mendapat meriam dari Belakang Padang,” katanya, di Museum Batam Raja Ali Haji, Dataran Engku Putri, Batam Centre, Kamis (24/12).

Selain menjadi destinasi wisata budaya, Museum Batam Raja Ali sebagai tempat edukasi bagi pelajar di Kota Batam khususnya dan umumnya Kepri. Setelah soft opening bertepatan Hari Jadi Batam (HJB) Ke-191 Tahun pada Jumat (18/12) lalu. Sejak dibuka, pengunjung terus berdatangan, mulai remaja, dan orang tua.

Ardi menuturkan, Museum Raja Ali Haji sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 475 museum lainnya di Indonesia. Isi dari museum ini, menampilkan sejarah perkembangan Batam mulai dari khazanah Kerajaan Riau Lingga, Khasanah Melayu, khazanah Belanda, khazanah Nong Isa, khazanah Jepang, khazanah kemerdekaan, khazanah Otorita Batam, khazanah Ibnu Sutowo, khazanah Bj Habibi, khazanah Kota Administatip Batam, khazanah Kabupaten Kepri, khazanah Infrastruktur atau Batam sekarang.

DD