Disbudpar Batam, Masih ingat nama Simpang Jam? Nama ini terus disebut saat orang berada di flyover Laluan Madani. Iya, jembatan layang dengan kemegahannya sekarang ini, dulunya hanya simpang empat yang memiliki tugu jam, hingga kemudian familiar disebut Simpang Jam.
Hilangnya tugu jam tersebut, terjadi seiring pembangunan jalan dan kawasan di Batam dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya, meningkatkan infrastruktur jalan agar lebih baik lagi.
Setelah pembangunan itu usai, sejumlah ikon Batam tersebut mulai dikumpulkan lagi untuk mengenang Batam dulu dan kini.
Pemerintah Kota (Pemko) Batam melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam dalam beberapa bulan terakhir terus menelusuri pihak yang menyimpan jam tersebut. Hingga akhirnya, jam yang menjadi ikon Batam tersebut bisa didapat.
“Sekarang kita simpan di Museum Raja Ali Haji,” ujar Kepala Disbudpar Batam, Ardiwinata, Kamis (29/10/2020).
Menurut Ardi, jam yang berjumlah empat unit itu didapatkan dari kontraktor yang mengerjakan pembangunan jalan layang tersebut, PT PP (Persero) Tbk. Setelah diserahkan, jam tersebut bakal bisa dinikmati masyarakat ketika ditampilkan di Museum Raja Ali Haji.
Ardi mengatakan, di museum kebanggan Batam tersebut, ada beragam kategori benda peninggalan sejarah. Salah satunya, Kategori Infrastruktur Batam, yang akan disandingkan dengan benda-benda lain peninggalan sejarah kejayaan Melayu dan sebagainya. Adapun, segmen infrastruktur ini akan menceritakan bagaimana Batam yang dulunya kota administratif, hingga menjadi kota seperti sekarang ini.
“Ini upaya kita mengabadikan Batam dulu dan kini, salah satunya melalui Jam yang berada di Simpang Jam,” kata mantan Kepala Bagian (Kabag) Humas Setdako Batam tersebut.
Ia menilai, Jam tersebut sangat dikenal di kalangan warga Batam. Ia berharap, jam ini nantinya menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Batam untuk mengunjungi museum yang berada di Dataran Engku Putri tersebut.
“Kita masih terus mengumpulkan barang-barang bersejarah di Batam,” ujarnya.
Ardi mengaku, museum bekas Astaka MTQ itu masih terus diperbaiki dan dalam waktu dekat akan diresmikan dan dibuka untuk umum. Selain itu, beberapa koleksi masih dalam pengumpulan oleh tim.
“Rencana kita buka Desember. Tapi, beberapa rombongan dan pengunjung sudah ada yang melihat-lihat isi museum,” kata dia.
Datangkan Cogan Asli
Menjelang Museum Raja Ali Haji dibuka secara umum, Disbudpar Batam berencana akan mendatangkan cogan asli, yang merupakan regalia atau simbol kebesaran dari Kerajaan Riau-Lingga, Johor, Pahang yang tersimpan di Museum Nasional. Ia mengaku, cogan tersebut hanya satu-satunya yang ada.
“Dulunya cogan tersebut hanya dikeluarkan saat penabalan para raja. Kita ingin, saat museum Raja Ali Haji diresmikan, cogan tersebut bisa dibawa ke Batam,” ujar Ardi.
Selain saat peresmian, barang yang sangat bersejarah tersebut akan dipamerkan di museum Raja Ali Haji dalam beberapa waktu sebelum dikembalikan lagi ke Museum Nasional. “Sekarang kita hanya punya replikanya yang sudah terpasang di depan Museum Raja Ali Haji,” kata Ardi.
Ia berharap, keberadaan museum ini nantinya dapat menjadi media pembelajaran khususnya bidang sejarah di Batam. Selain itu, menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kota yang bertetangga dengan Singapura dan Malaysia ini.
“Beberapa sejarah ada kaitannya dengan negara tetangga. Bahkan akan ada tokoh-tokoh bersejarah wilayah serumpun Melayu ini,” ujarnya.