Disbudpar Batam- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam memperingati Hari Museum Indonesia Ke-58 dengan mengelar doa selamat, bertempat di Museum Batam Raja Ali Haji, Dataran Engku Putri, Batam Centre, Senin (12/10). Acara ini dihadiri Sekretaris Daerah Kota Batam, Jefridin, Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam, M. Sjahir dan Ketua pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Edi Sutrisno. Hari Museum Indonesia pertama digelar pada tanggal 12 Oktober 1962 di Yogyakarta. Kala itu masih disebut dengan Musyawarah Museum Indonesia.
Kadisbudpar Kota Batam, Ardiwinata melaporkan sebelum menjadi museum, gedung ini merupakan Gedung Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional. Ardi menyampaikan, Museum Batam Raja Ali Haji bakal jadi destinasi wisata budaya di Kota Batam.
“Sebelum dijadikan museum, saya banyak mendapat masukan dari teman-teman jika wisatawan yang datang ke Batam membutuhkan destinasi wisata budaya,” katanya.
Ia menceritakan, setelah dua bulan menjabat sebagai Kadisbudpar Kota Batam, ia berusaha untuk menjadikan museum tersebut ada di Kota Batam. Dengan terus melakukan koordinasi, Ardi mempelajari tentang museum.
“Dua bulan di dinas (Disbudpar Kota Batam) saya mengikuti rapat di Bank Indonesia. Luar biasa, ternyata dari hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia, alasan kenapa orang ke Batam ingin melihat galery dan museum menempati urutan pertama, baru selanjutnya kuliner dan belanja serta alasan lainnya. Hal ini menjadi dorongan kuat buat saya untuk mewujudkan museum,” ujarnya.
Ditambahkannya, museum yang bersifat universal tersebut sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Isi dari museum ini menampilkan sejarah peradaban Batam, mulai dari Batam sejak masa Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temanggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khasanah Melayu, dan infrastruktur atau Batam sekarang.
“Salah satu kesulitan kita adalah tata pamer barang-barang koleksi yang saat ini masih bersifat pribadi. Sekarang sedang tahap 3, menggali informasi/data termasuk foto dari Nong Isa, salah satu tokoh yg berjasa dalam pembangunan Batam,” terangnya.
Ardi berharap Museum Batam Raja Ali Haji dapat menjadi kebanggaan bagi Kota Batam.
“Kita mencoba melukis foto Nong Isa, dan museum Batam bisa menjadi kebanggaan sebagai kota penyumbang kedua wisatawan mancanegara,” sebutnya.
Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam, Muhammad Sahir Ibrahim menyebutkan kehadiran museum ini merupakan impian masyarakat Batam sudah sejak lama.
“Selamat buat Disbudpar yang sudah menghadirkan museum di Kota Batam. Luar biasa, gaung pariwisata di nasional berada d urutan kedua dan kedepan semoga kebudayaan juga bisa bergema ditingkat nasional,” tambahnya.
Sjahir berharap museum ini dapat melahirkan khazanah Kota Batam, menampilkan banyak tokoh nasional di Kepri khususnya di Kota Batam.
“Kita kemarin ikut memberikan beberapa nama museum dan akhirnya terpilihlah nama Museum Batam Raja Ali Haji,” terangnya.
Seketaris Daerah (Sekda)Kota Batam, Jefridin juga mengapresiasi adanya peringatan Hari Museum Indonesia ini. Ia menegaskan bahwa acara sore ini bukan pembukaan museum, tetapi murni dimaksudkan untuk memperingati Hari Musium Indonesia.
“Rencana peresmiannya bakal dilaksanakan bertepatan saat Hari Jadi Kota Batam, 18 Desember 2020 nanti,” imbuhnya.
Dikatakannya, keberadaan museum ini sangat penting karena museum bagian dari sejarah dan tempat ditampilkannya karya anak bangsa. Selain itu, museum juga berfungsi sebagai literatur, referensi dan edukasi bagi masyarakat.
Jefridin juga meminta agar kedepan ada tampilan atraksi dimuseum, seperti atraksi permainan gasing dan sebagainya.
Selesai acara tamu undangan dipersilahkan menikmati makanan khas Melayu berupa lendot dan juadah