Mengenal Permainan Gasing, Warisan Budaya Tak Benda dari Bumi Melayu

Disbudpar Batam- Permainan gasing tak asing lagi didengar. Di Indonesia permainan tradisional ini cukup populer dikalangan anak-anak maupun orang dewasa. Di Kota Batam gasing juga dikenal. Setiap tahun Pemerintah Kota (Pemko) Batam menggelar atraksi permainan gasing pada saat Kenduri Seni Melayu (KSM).

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Muhammad Zen mengatakan gasing telah dikenal di kancah nasional dan internasional. Untuk Provinsi Kepri hampir seluruh kota dan kabupatennya memainkan gasing. Diantaranya Batam, Natuna, Karimun dan Tanjung Pinang. Setiap daerah memiliki cara berbeda dalam memainkan gasing ini.

“Cara memainkannya berbeda, di Natuna permainan gasing dilakukan dengan cara diputar kemudian diletakkan di atas kaca berukuran 40 centimeter kali 40 centimenter dan bertandingnya siapa yang paling lama bertahan,” katanya bertempat di Kantor Disbudpar Kota Batam, Batam Centre, Selasa (4/8).

Zen menjelaskan, untuk Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun cara memainkannya, uri atau memutar gasing dengan tidak menggunakan alas langsung di tanah. Kemudian setelah uri gasing yang berhenti duluan, gasing tersebut akan dipangkah oleh gasing lainnya.

Gasing merupakan permainan tradisional orang Melayu sejak dahulu kala. Gasing terbuat dari kayu stigi yang tumbuh di batu. Kayu ini bertekstur keras dan cocok untuk dibuat gasing, namun kayu ini susah didapat. Kemudian kayu Asam juga biasa digunakan untuk membuat gasing karena mudah didapat.

“Kayu Lebam juga bisa, biasanya digunakan untuk membuat gasing anak-anak, karena dahulu setiap mau main gasing, baru dibuat dulu gasingnya,” terangnya.

Cara membuatnya, kayu dikikis menjadi bentuk gasing. Untuk talinya dulu berasal dari kulit pohon Bebaru yang tumbuh di pantai, namun sekarang tali gasing bisa digunakan dengan tali nilon. Panjang tali sekitar satu meter. Permainanan gasing terus berkembang hingga sekarang. Gasing dibentuk bulat dan memiliki tiga bagian penting, yakni kepala, badan kemudian ujung bawa gasing. Di bagian bawah dibuat lekukan yang berfungsi untuk tali gasing.

“Gasing memiliki beberapa bentuk, ada gasing jantung bentuknya seperti jantung pisang, gasing piring seperti bentuk piring, dan gasing berembang, gasing berukuran kecil,” jelasnya.

Untuk keseimbangannya, gasing diberikan paksi (besi yang diletakkan dibagian bawah gasing untuk keseimbangan) sehingga ketika diputar diatas lantai atau tanah, gasing akan seimbang. Seiring dengan perkembangan zaman, selain terbuat dari kayu kini gasing juga dibuat dengan plastik dan bahan lainnya.

Kadisbudpar Kota Batam, Ardiwinata mengatakan permainan gasing ini merupakan salah satu objek Pemajuan Kebudayaan Melayu yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.
“ Dalam Perda ini, ada 12 Objek Pemajuan Kebudayaan Melayu, salah satunya adalah permainan rakyat, seperti permainan gasing ini,” ujar Ardi.

Ardi panggilan akrabnya mengaku gasing sangat populer di Kota Batam. Gasing dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa. di Kecamatan Belakang Padang bahkan terdapat lapangan gasing sebagai tempat permainan gasing.

“Kalau wisatawan mancanegara berkunjung, biasanya diajak bermain gasing di sana (Lapangan Gasing Belakang Padang),” ungkapnya.

Sebagai warisan budaya tak benda di bumi Melayu, Ardi berharap permainan gasing tetap ada dan dapat memperkuat kebudayaan Melayu agar dikenal oleh masyarakat khususnya generasi muda.

“Kita upayakan untuk selalu menghadirkan atraksi gasing. Kota Batam juga sudah memiliki tugu gasing yang berada di Batam Centre,” pungkasnya.