Jalin Kerjasama, Dinas Perpustakaan Kabupaten Indragiri Hulu Kunjungi Museum Batam Raja Ali Haji

Disbudpar Batam- Sejak Museum Batam Raja Ali Haji dibuka (soft opening) pada 18 Desember 2020 lalu, museum yang berlokasi di Dataran Engku Putri, Batam Center banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak, salah satunya dari Dinas Perpustakaan Kabupaten Indragiri Hulu yang ingin menjalin kerjasama dengan Museum Batam Raja Ali Haji.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten Indragiri Hulu, Venisa Dwipa Sari saat berkunjung ke Museum Batam Raja Ali Haji, Kamis (26/10/2023). Ia mengatakan disamping ingin melihat berbagai koleksi museum, kunjungan ke Museum Batam Raja Ali Haji untuk menambah khasanah arsip statis budaya Melayu dan arsip Kerajaan Indragiri pada Kegiatan Pemberdayaan Kapasitas Unit Kearsipan dan Lembaga Kearsipan Daerah Kabupaten, Kota yang berlangsung pada 25-27 Oktober 2023.

“Kami sebetulnya lagi proses mengembangkan dinas kami (Dinas Perpustakaan) ruangannya pameran tentang kerajaan Melayu,” katanya.

Ia berharap kegiatan ini dapat berlanjut dengan terjalinnya kerjasama antara Dinas Perpustakaan Kabupaten Indragiri Hulu dengan Museum Batam Raja Ali Haji. “Harapannya kami datang ke sini lagi bisa dilanjuti dengan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding),” pintanya.

Sebelum melakukan kunjungan, ia mendapat informasi tentang Museum Batam Raja Ali Haji melalui media sosial. Tak hanya itu, keberadaan museum ini dekat dengan Kabupaten Indragiri Hulu.

“Kami memilih Museum Batam Raja Ali haji karena kami mendengar museum ini melalui media. Bahwa kami dengar sudah ada museum yang terkenal yang isinya masa-masa kerajaan dan lokasinya dekat dengan kami,” terangnya.

Kunjungan Dinas Perpustakaan Kabupaten Indragiri Hulu disambut oleh Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani. Didampingi Staff dari Disbudpar Kota Batam, Raja Zulkarnain, Senny, menunjukkan, tentang koleksi khazanah Riau Lingga serta menunjukkan Peta Keresidenan Riau bagian Propinsi Sumatra Tengah (1945-1958).

Senny menginformasikan, Batam merupakan kota pariwisata, wisata sejarah menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Batam memiliki sejarah panjang yang patut dilestarikan. Sejarah peradaban Batam dimulai sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.

“Museum bersifat universal, selain sejarah Melayu yang digambarkan ada cerita sejarah lainnya yang ada di museum seperti cerita Belanda dan Jepang. Catatan sejarah disajikan melalui foto lengkap dan narasinya. Selain itu terdapat koleksi museum seperti, perahu jong, batik Batam, tanjak, alat musik Melayu, dan sebagainya,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan Museum Batam Raja Ali Haji hadir sebagai terobosan untuk mendongkrak pariwisata Kota Batam. Museum Batam Raja Ali Haji meraih sertifikat tipe B dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sertifikat ini penanda bahwa Museum Batam Raja Ali Haji telah memenuhi standar kelayakan menjadi destinasi wisata sejarah Kota Batam.

“Wisata sejarah bisa membawa wisatawan bernostalgia ke masa lampau. Koleksi Museum Batam Raja Ali Haji mengenalkan bahwa Batam bukanlah kota yang diciptakan. Cikal bakal Batam sudah ada sejal era Kerajaan Riau Lingga,” kata Ardi.

Selain untuk warga Batam dan Kepri, pengenalan museum juga menyasar turis asing seperti Singapura dan Malaysia. Sebab Singapura dan Malaysia bisa dikatakan memiliki ikatan sejarah yang erat dengan Batam. Tantangan ke depan, bagaimana menambah benda-benda koleksi museum. Saat ini, tim dari Disbudpar Kota Batam juga terus mencari benda-benda bersejarah untuk dijadikan koleksi museum.

“Sangat diperlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat maupun komunitas yang mengetahui atau menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah di bumi Melayu Batam dan Kepri, untuk berkenan menyumbangkannya ke museum. Sehingga benda-benda peninggalan tersebut bisa dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi bahan edukasi bagi generasi muda kita nanti,” terangnya.