Disbudpar Berikan Pengetahun Tradisional Kayu Secang ke 128 Mahasiswa se Indonesia

Disbudpar Batam- Politeknik Negeri Batam menggelar kegiatan Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 2023, bertempat di Gedung Lembaga Adat Melayu, Sabtu (9/9/2023). Kegiatan ini, diikuti 128 mahasiswa dari kampus negeri dan swasta se Indonesia.

Narasumber talkshow yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Muhammad Zen menjelaskan 10 unsur Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) yang disusun Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang terdiri dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.

Ia menjelaskan pengetahuan tradisional tentang manfaat kayu secang untuk kesehatan yang telah digunakan sebagai pengobatan tradisional selama bertahun-tahun. “Kayu secang ini bermanfaat untuk menyaringkan suara, biasanya saat mau mengaji atau bernyanyi. Minum kayu spang dapat mengeluarkan lendir dalam kerongkongan,” katanya.

Cara membuatnya, kayu secang direbus dengan air, setelah direbus, airnya akan berubah menjadi merah. Minuman ini cocok diminum setiap hari. Selain baik untuk mengatasi peradangan, kayu secang memiliki manfaat lain seperti mengatasi jerawat, menghambat pertumbuhan sel kanker, menghentikan diare, menurunkan dan mengontrol gula darah.

“Minuman ini masih dijumpai di berbagai daerah, setiap daerah punya racikannya sendiri,” terangnya.

Kemudian, Zen juga menjelaskan tentang buku tulisan Arab Melayu yang bercerita tentang kisah Sang Nila Utama, seorang pangeran yang merupakan pendiri Temasek atau Singapura.

Sebagai acara puncak, Disbudpar Kota Batam menampilkan cerita Mak Yong. Sebagai informasi Mak Yong adalah suatu seni teater tradisional yang begitu lekat di telinga orang-orang Melayu. Dalam pertunjukannya, Mak Yong banyak menceritakan tentang kehidupan istana, lengkap dengan pesan moral yang hendak disampaikan.

Tak hanya di Batam dan Bintan, seni Mak Yong ternyata juga ada di Malaysia, tepatnya di Kelantan. Selain itu, seni ini juga pernah dimainkan di Thailand, tepatnya di Kota Pattani, yang merupakan kota paling selatan di Thailand dan berbatasan dengan Malaysia. Bedanya, Mak Yong di dua negara tersebut penarinya tanpa mengenakan topeng.
Dalam pementasannya, Mak Yong menyesuaikan dengan daerah masing-masing. Dalam pertunjukkannya, biasanya Mak Yong mengandung cerita hiburan, memberi pesan dan sebagainya.

โ€œKhusus Mak Yong di Batam, penampilan mereka mengusung konsep hiburan dan lebih kocak sehingga membuat penonton senang dan tertawa. Cerita Mak Yong selalu berkisah tentang kehidupan istana dan kerajaan. Seperti, cerita raja-raja, permaisuri, tuan putri, putri mahkota yang ditimpa musibah dan biasanya berakhir dengan kemenangan melalui perjuangan,” terang Zen.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan, Kota Batam memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk diketahui. Kegiatan ini sesuai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.

“Perihal budaya ada hal yang perlu diketahui masyarakat yakni pemajuan dan pelestarian. Acuannya dari sepuluh PPKD,” kata Dato’ Ardi.

Wujud dari pelestarian tersebut yakni upaya untuk mempertahankan supaya budaya tetap sebagaimana adanya. Sedangkan pemajuan sebagai upaya meningkatkan ketahanan budaya melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan. Seperti Mak Yong, penampilannya semakin menarik tanpa meninggalkan tradisi yang asli. Gunanya agar generasi muda bisa menyukai seni ini bahkan mempelajari tradisi ini.

โ€œDalam penampilannya dibawakan dengan semenarik mungkin, seperti tariannya, diberi lighting atau pencahayaan,” tuturnya.

Dosen Modul Nusantara, Slamet Subagio, menyebutkan kegiatan ini diikuti 128 mahasiswa dari kampus negeri dan swasta se Indonesia. Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 2023 diikuti mahasiswa selama satu semester atau enam bulan. Kegiatan itu meliputi kegiatan pembelajaran dikampus, sesi kebhinnekaan, kontribusi sosial, refleksi, dan inspirasi.

“Kegiatan di LAM ini sesi Kebhinekaan,” terangnya.

Ia mengucapkan terima kasih atas sambutan dari LAM Kota Batam dan Disbudpar Kota Batam. Ia berharap lewat kegiatan ini, mahasiswa lebih memahami budaya seluruh Indonesia.

“Batam memiliki budaya yang bagus,” ucapnya.

DD